Terancam digusur dengan proyek lapangan golf oleh pengusaha ambisius, sekelompok remaja yang menamakan diri mereka “The Goonies” yang berada di kawasan pemukiman Goon Docks di Astoria, Oregon, berkumpul pada akhir pekan untuk kali terakhir sebelum mereka masing-masing pindah lokasi.
“The Goonies” terdiri dari Chunk (Jeff Cohen), Mouth (Corey Feldman) dan Data (Ke Huy Quan), berkumpul di rumah Mikey (Sean Astin) dan kakaknya Brandon (Josh Brolin). Saat berada di loteng rumah, mereka menemukan sebuah peta harta karun yang disembunyikan oleh bajak laut legendaris bernama One-Eyed Willy.
Mikey yang terobsesi dengan harta karun tersebut, optimis jika menemukannya maka akan menyelamatkan rumah mereka dari penggusuran proyek golf tersebut, mengajak kawan-kawannya untuk beraksi menemukan harta karun tersebut.
Mereka menuju ke sebuah rumah tua di pinggir pantai. Brandon yang menghampiri mereka, tak sengaja bertemu dengan kedua temannya yakni Andy (Kerri Green) dan temannya Stef (Martha Plimpton) menghampirinya.
Dan petualangan mereka baru dimulai, ketika harus berhadapan dengan sekelompok kriminal yang dipimpin oleh Mama Fratelli (Anne Ramsey) beserta kedua putranya, Jake (Robert Davi) dan Francis (Joe Pantoliano).
Tidak dipungkiri lagi, bahwa film The Goonies memiliki banyak keunggulan dari berbagai elemen penting sebagai sebuah film yang patut ditonton dan sangat menghibur.
Premis, karakterisasi, dialog, adegan aksi, komedi, serta setting, berbagai efek dan elemen sinematografi berbicara banyak secara teknis maupun estetis, meski saya heran akan penilaian kritik yang tidak memiliki nilai fantastis terhadap film ini.
Petualangan seru tujuh remaja dalam mencari sesuatu yang rasanya tidak mungkin, serta konfrontasi mereka dengan para penjahat, menjadi sebuah hiburan yang sangat menarik mulai dari awal hingga akhir cerita, tanpa ada rasa kebosanan dalam satu adegan pun.
Film yang dimulai dengan pengenalan karakter para penjahat itupun, disajikan cukup seru dengan gaya aksi petualangan komedi ala 80’an.
Premis, karakterisasi, dialog, adegan aksi, komedi, serta setting, berbagai efek dan elemen sinematografi berbicara banyak secara teknis maupun estetis, meski saya heran akan penilaian kritik yang tidak memiliki nilai fantastis terhadap film ini.
Petualangan seru tujuh remaja dalam mencari sesuatu yang rasanya tidak mungkin, serta konfrontasi mereka dengan para penjahat, menjadi sebuah hiburan yang sangat menarik mulai dari awal hingga akhir cerita, tanpa ada rasa kebosanan dalam satu adegan pun.
Film yang dimulai dengan pengenalan karakter para penjahat itupun, disajikan cukup seru dengan gaya aksi petualangan komedi ala 80’an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar